Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Eksotika Puncak Pato, Keindahan Alam Berpadu dengan Nilai Sejarah



#raunholic -- Salah satu destinasi wisata di Bumi Minangkabau yang cukup terkenal adalah Puncak Pato.Puncak Pato memiliki keistimewaan dan berbeda dari obyek wisata di daerah lain. Istimewanya, wisata Puncak Pato tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah namun juga menyajikan wisata sejarah. 

Di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Tanah Datar, Puncak Pato merupakan tujuan wisata andalan. Wisatawan datang ke puncak itu, akan menikmati dua obyek wisata sekaligus, wisata alam dan wisata sejarah. Untuk wisata ala backpacker di Padang, Puncak Pato direkomendasikan. 

Wisata Alam

Puncak Pato menjadi tujuan wisata favorit karena pesona keindahan alamnya. Di puncak itu, Anda akan menikmati suguhan pemandangan alam dari ketinggian. Tiupan angin yang berhembus di antara pohon pinus semakin menyejukkan suasana.




Dari puncak itu, nun jauh disana, Anda juga akan melihat hamparan perkampungan penduduk dengan rumah-rumahnya yang tertata rapi. Keindahan alam di tempat wisata itu kian sempurna dengan hamparan sawah yang indah dan hijau.
Sejauh mata memandang, terlihat keindahan Gunung Marapi yang sesekali mengeluarkan asap dari kawahnya. Saat cuaca cerah, wisatawan juga bisa menyaksikan keindahan danau Singkarak yang sedikit tertutup awan.

Wisata Sejarah

Puncak ini juga menyimpan peristiwa sejarah yang cukup mempengaruhi budaya dan adat Minangkabau saat ini. Peristiwa itu dikenal dengan Sumpah Satiah Bukit Marapalam, yang berisi kesepakatan antara kaum adat Minangkabau dan kaum agama.

Untuk mengenang peristiwa sejarah itu, kemudian didirikan beberapa bangunan dan monumen di sekitar Puncak Pato. Tempat rekreasi ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada akhir pekan dan liburan sekolah.




Bukik Marapalam adalah puncak bukit tertinggi di kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Sekarang kawasan ini lebih terkenal dengan nama Puncak Pato

Pemandangan dari atas Puncak Pato yang menawan, menjadikannya destinasi yang tepat untuk berfoto-foto. Namun siapa sangka, disana tersimpan sejarah besar ninik mamak orang Minangkabau. 

Marapalam sendiri dipercayai berasal dari kata ‘marapek alam’ yang artinya merapatkan atau mengeratkan hubungan. Sedangkan Puncak Pato sendiri berasal dari kata ‘Patamuan’ , yang berarti pertemuan. 


Sebelum Islam masuk ke wilayah Sumatra Barat, masyarakat Minang mengambil pedoman dalam menjalani hidup dengan melihat alam sebagai guru. Mereka menggali nilai-nilai yang diberikan alam untuk dijadikan landasan hidup. 

Ketika agama Islam masuk, masyarakat Minang dapat dengan mudah menerimanya karena ajaran Islam sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah dianut oleh masyarakat Minang itu sendiri.

Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengadu domba masyarakat Minang dengan memunculkan pertentangan dan perbedaan pendapat, yang melatar belakangi munculnya Perang Paderi. 




Untuk mengakhiri pertentangan dan perbedaan pendapat ini, dilaksanakanlah Piagam Bukik Marapalam yang disebut juga Sumpah Sati Bukik Marapalam. Perjanjian ini merumuskan Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah. 

Rumusan ini adalah hasil kesepakatan antara pemuka agama dan pemuka adat Minang. Perjanjian ini dilaksanakan di puncak Pato, Tanah Datar, yang disebut juga bukit Marapalam. 

Daerah ini dipilih karena posisinya yang strategis karena terletak di wilayah perbukitan antara Kecamatan Lintau dengan Kecamatan Sungayang. Piagam Bukik Marapalam ini melahirkan konsep ideologis masyarakat Minang, yang kemudian dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan sosial, budaya, dan politik. 

  • Fasilitas

Anda tidak perlu khawatir ketika berkunjung ke obyek wisata ini, karena pemerintah setempat telah membenahi dan menambah fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan wisatawan. Beberapa fasilitas umum yang tersedia di sekitar kawasan Puncak Pato, antara lain:

Bangunan tempat ibadah, seperti mushola, yang menampung banyak jamaah.

● Kamar kecil (WC) yang selalu terawat untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.

● Lahan parkir yang luas yang bisa menampung jenis kendaraan besar.

● Infrastruktur jalan diperlebar untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.

● Tersedia tempat duduk yang diperuntukkan buat pengunjung yang ingin beristirahat atau bersantai sambil menyaksikan pemandangan yang indah.

Namun, bagi pengunjung, disarankan agar sebelum memasuki pintu gerbang terlebih dahulu membelinya di warung-warung yang ada di sepanjang jalan menuju puncak. Sebab, saat ini belum tersedia tempat yang menjual makanan/minuman.

Harga Tiket & Jam Buka

Berikut Harga Tiket Masuk (HTM) yang berlaku di tempat rekreasi di Puncak Pato: 
Harga Tiket Masuk

HTM di Puncak Bato cukup murah, yakni antara Rp5.000,00 – Rp10.000,00/orang. Harga tersebut sudah termasuk biaya parkir motor. Pada akhir pekan, HTM biasanya mengalami sedikit kenaikan.
Jam Buka

Sedangkan untuk jam buka, loket Puncak Pato dibuka setiap hari, mulai pukul 09.30 WIB – 17.30 WIB. Tidak ada perbedaan waktu buka antara hari biasa dan hari libur/akhir pekan.



Cara Menuju Lokasi

Untuk sampai di lokasi wisata, ada beberapa moda transportasi yang bisa digunakan, antara lain taksi, kendaraan sewa, dan kendaraan umum.
Namun, jika Anda tidak ingin repot, disarankan agar menghubungi jasa Rental Mobil Padang. 

Route Lokasi

Sedangkan rute menuju lokasi, jika posisi Anda ada di Kota Padang, bisa langsung menuju Kota Batusangkar melalui jalur Padang – Padang Panjang.
Setelah sampai di Batusangkar, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju ke Sungayang. Jarak dari Batusangkar ke Sungayang sekitar 15 kilometer.

Puncak Pato bisa menjadi destinasi wisata alternatif bagi Anda yang menyukai suasana alam yang hijau dan sejuk. Sekaligus, napak tilas mengenang peristiwa sejarah tentang budaya Minangkabau. Jangan lupa bagikan artikel ini di medsos Anda jika ada kerabat dan teman yang membutuhkan. (**) 

Lokasi