Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Menikmati Eksotika Kota Tua Sawahlunto



#raunholic - Sawahlunto adalah sebuah kota di Provinsi Sumatera Barat yang terkenal dengan sejarah pertambangannya yang kaya.  Secara geografis, Sawahlunto terletak di bagian barat Pulau Sumatera dengan koordinat 0,68° Lintang Selatan dan 100,78° Bujur Timur. Wilayah kota Sawahlunto berada pada ketinggian 650 meter di atas permukaan laut.

Secara topografi, Sawahlunto dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi dengan ketinggian mencapai 1.500 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini terletak di kaki Bukit Barisan yang merupakan rangkaian pegunungan yang membentang dari utara ke selatan Pulau Sumatera. Sawahlunto juga dilalui oleh beberapa sungai, seperti Sungai Ombilin yang merupakan sungai terpanjang di kota ini dengan panjang sekitar 54 kilometer.

Kondisi topografi Sawahlunto yang berbukit-bukit dan dikelilingi oleh pegunungan menjadikan kota ini memiliki pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk. Wilayah ini juga menjadi tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata alam, dengan banyaknya objek wisata alam yang bisa dikunjungi .

Pada tahun 2019, Sawahlunto resmi diakui sebagai Destinasi Wisata Sejarah dan Budaya UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Pengakuan ini diberikan atas nilai sejarah dan kebudayaan yang dimiliki kota Sawahlunto sebagai bekas kawasan pertambangan batu bara yang berkembang pada masa kolonial Belanda.

Ada banyak wisata tambang kuno yang bisa dikunjungi di Sawahlunto. Sawahlunto memiliki banyak situs sejarah dan budaya yang menarik untuk dikunjungi. Jika Anda berminat dengan eksotika Kota Sawahlunto, Anda dapat melakukan Tour Kota Tua di Sawahlunto. Tour ini biasanya mencakup beberapa destinasi wisata sejarah dan budaya di kota ini. Beberapa tempat yang dapat dikunjungi dalam tour kota tua di Sawahlunto antara lain:

Museum Tambang Batubara


Museum Tambang Batubara yang memamerkan koleksi sejarah pertambangan batubara di Sawahlunto, termasuk alat-alat berat, mesin uap, foto-foto, dan benda-benda bersejarah lainnya.
Museum ini terletak di bekas gedung administrasi tambang batubara Ombilin. Di dalam museum, pengunjung bisa melihat berbagai alat tambang kuno, gambar, dan dokumen-dokumen sejarah yang terkait dengan tambang batubara Ombilin.

Bagi anda yang menyukai wisata sejarah, bisa menikmati Monumen Tambang Sawahlunto. 
Monumen ini terletak di pusat kota Sawahlunto. Monumen ini dibangun untuk memperingati sejarah pertambangan di kota ini. Di sekitar monumen, pengunjung bisa melihat berbagai alat tambang kuno yang pernah digunakan di Sawahlunto.


Kereta Api Kayuara

Destinasi lain adalah Kereta Api Kayuara. Ini kereta api yang digunakan untuk mengangkut batubara dari tambang ke pelabuhan. Kini, kereta api ini dijadikan sebagai wahana wisata yang bisa diambil oleh pengunjung untuk mengelilingi kota Sawahlunto.
Museum Kereta Api Sawahlunto, museum ini menampilkan koleksi kereta api tua dan barang-barang yang terkait dengan sejarah kereta api di Sumatera Barat.


Arsitektur Kuno Sawahlunto

Tak kalah menariknya dari segi arsitektur. Di Kota Sawahlunto terdapat tempat yang sering dijadikan spot para fotografer. Yaitu Makam Belanda. Makam ini adalah kompleks makam yang terletak di dekat Museum Tambang Batubara Ombilin. Di kompleks makam ini terdapat makam-makam pejabat Belanda yang pernah menjabat di tambang batubara Ombilin pada masa penjajahan.

Jika ditilik dari catatan sejarah, keberadaan tambang batubara di Kota Sawahlunto tak lepas dari peran de Grave. De Grave adalah seorang insinyur tambang Belanda yang memiliki peran penting dalam pengembangan dan modernisasi tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat pada awal abad ke-20. Ia menjadi kepala insinyur di Tambang Batubara Ombilin pada tahun 1916 dan terus mengembangkan teknologi dan infrastruktur tambang di sana.

Beberapa peran penting yang dilakukan De Grave di Tambang Batubara Ombilin antara lain:
Pengembangan Teknologi De Grave mengembangkan teknologi pengangkutan batubara dengan menggunakan kereta api dan sistem angkut kabel (cable car) untuk menghemat biaya transportasi batubara dari tambang ke pelabuhan. Ia juga memperkenalkan mesin uap dan mesin diesel sebagai penggerak mesin-mesin di tambang.

De Grave memperbaiki dan membangun jalan, jembatan, dan jalur rel yang diperlukan untuk mengangkut batubara dari tambang ke pelabuhan. Ia juga membangun fasilitas-fasilitas lain seperti perumahan, rumah sakit, gereja, dan sekolah bagi karyawan tambang dan keluarga mereka.

De Grave sangat memperhatikan keselamatan kerja para karyawan tambang. Ia memperkenalkan sistem pemeriksaan medis secara berkala, dan membangun fasilitas-fasilitas kesehatan seperti klinik dan rumah sakit di tambang. Selain itu, ia juga memperkenalkan aturan-aturan keselamatan kerja yang ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan di tambang.

Dengan peran pentingnya dalam pengembangan dan modernisasi Tambang Batubara Ombilin, De Grave dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah pertambangan di Indonesia. Ia meninggal di Sawahlunto pada tahun 1934 dan dimakamkan di kota itu.



Museum Goedang Ransoem

Museum ini berada di bekas kantor administrasi tambang batubara Ombilin dan menampilkan berbagai artefak dan benda-benda bersejarah tentang sejarah tambang batubara di Sawahlunto.



Kerkhof Sawahlunto

Sebuah pemakaman tua yang dibangun pada abad ke-19 oleh Belanda untuk menguburkan para pekerja tambang batubara yang bekerja di kota ini. Di sini terdapat makam para pekerja tambang dan keluarga mereka yang meninggal dunia.

Kerkhof Sawahlunto adalah sebuah pemakaman tua yang terletak di kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Pemakaman ini dibangun pada abad ke-19 oleh Belanda untuk menguburkan para pekerja tambang batubara yang bekerja di kota ini.

Kerkhof Sawahlunto memiliki sejarah yang panjang dan menjadi bukti keberadaan masa kolonial Belanda di Sawahlunto. Di sini terdapat makam para pekerja tambang dan keluarga mereka yang meninggal dunia, termasuk para pekerja asal Tiongkok dan India yang dibawa ke Sawahlunto untuk bekerja di tambang batubara.

Meskipun terbilang sebagai tempat pemakaman tua, Kerkhof Sawahlunto masih terawat dengan baik dan masih dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah. Para pengunjung yang datang ke sini dapat melihat langsung makam-makam tua yang terbuat dari batu bata dan batu granit, serta mengenal lebih jauh tentang sejarah Sawahlunto pada masa lalu. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan kota Sawahlunto yang indah dari tempat ini.

Istana Dalam Loka Pempek:

Sebuah rumah adat tradisional Minangkabau yang dibangun pada abad ke-19 dan dijadikan sebagai museum pempek dan pusat kerajinan lokal.

Jembatan Gantung Sawahlunto:

Jembatan gantung tua yang dibangun pada tahun 1901 oleh Belanda sebagai jalur transportasi barang dari tambang batubara ke pelabuhan di pantai barat Sumatera.


Stasiun Kereta Api Sawahlunto

Stasiun ini merupakan stasiun kereta api tertua di Sumatera Barat, yang masih beroperasi hingga sekarang. Di sini terdapat lokomotif uap dan kereta tua yang masih terawat dengan baik.

Kampung Nelayan Air Tawar

Kampung ini merupakan tempat tinggal para nelayan di sepanjang Sungai Ombilin, dengan rumah-rumah tradisional yang masih terjaga keasliannya.

Rumah Adat Minangkabau

Sawahlunto juga memiliki rumah adat Minangkabau yang masih terjaga dengan baik. Rumah adat ini terletak di desa Balai Jaya dan bisa dikunjungi untuk melihat keindahan arsitektur dan budaya Minangkabau.


Taman Silo

Taman Silo adalah sebuah taman wisata yang terletak di kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Taman ini terletak di atas bekas lokasi penimbunan batubara di Kota Sawahlunto dan dibangun pada tahun 2017.

Nama "Silo" sendiri berasal dari bahasa Belanda "Zijlo", yang berarti saluran air atau saluran air samping. Taman ini memiliki luas sekitar 1,5 hektar dan didesain dengan konsep taman modern yang menggabungkan unsur alam dan teknologi. Taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti arena bermain anak-anak, lapangan sepak bola, kolam renang, dan tempat beristirahat.

Selain itu, Taman Silo juga menawarkan pemandangan yang indah dan menarik, terutama pada saat matahari terbit atau tenggelam. Di sini pengunjung dapat menikmati keindahan kota Sawahlunto dari atas bukit dan menyaksikan jalur kereta api yang melewati kota ini.

Taman ini terletak di pusat kota dan menawarkan pemandangan indah serta area bermain anak-anak.Dalam tour Kota Tua di Sawahlunto, pengunjung dapat mengenal lebih jauh tentang sejarah dan budaya Sawahlunto pada masa lalu, serta menikmati keindahan arsitektur kuno dan alam kota ini.

Taman Silo sering dijadikan sebagai tempat rekreasi dan berolahraga bagi warga lokal dan wisatawan yang datang ke Sawahlunto. Selain itu, taman ini juga sering digunakan sebagai tempat acara dan festival seperti Festival Taman Silo dan Festival Seni Budaya Sawahlunto.

Dengan pengakuan dari UNESCO, Sawahlunto diharapkan dapat semakin dikenal sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya yang penting di Indonesia, serta dapat meningkatkan kunjungan wisata ke kota ini. (Budi)