Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Inilah Tradisi di Minangkabau Saat Menyambut Hari Raya Idul Fitri


#raunholic --Masyarakat Indonesia memiliki banyak tradisi atau ritual khas dalam menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri. Begitu juga halnya dengan Masyarakat Minangkabau, ada tradisi yang secara turun temurun dilakukan Urang Minangkabau saat menyambut Hari Lebaran.

Berikut penjelasan tradisi masyarakat Minangkabau saat merayakan Idul Fitri.

Malamang

Malamang dalam Bahasa Minang berarti membuat lamang. Lamang adalah penganan berbahan dasar beras ketan putih yang direndam dengan santan dan dimasak dalam sebuah ruas bambu. 



Memasak lamang bisa memakan waktu 5-6 jam, untuk itu, biasanya lamang akan dimasak menggunakan bara api dan dalam jumlah banyak sekaligus.

Bagi masyarakat Minangkabau, lamang biasa dimakan bersama dengan tapai ketan hitam, yaitu bubur ketan hitam yang dimasak dengan tape singkong. Namun, jika sedang musim durian seperti sekarang ini, lamang juga laris dicari untuk teman makan durian. Sabana lamak rasonyo...

Dalam sehari, memasak lamang dibagi menjadi dua sesi. Satu sesi bisa memasak 20-25 buah lamang sekaligus. Karena menggunakan bara api, biasanya pembuatan lamang dilakukan di luar rumah. 

Menurut penjelasan pembuat Lamang, Lamang biasanya ditawarkan per ruas bambu. Dan menjelang hari lebaran, permintaan masyarakat untuk kuliner Lamang ini akan meningkat 2-3 kali lipat.

Malamang menjadi tradisi khas masyarakat Sumatra Barat ketika menyambut hari-hari penting dalam kalender Islam. Lemang biasa disajikan dengan tapai sipuluik yang terbuat dari beras ketan hitam atau merah.

Sayangnya, kini tradisi malamang ini sudah jarang terlihat dilakukan di rumah-rumah warga.
Sebagian besar masyarakat  lebih memilih membeli daripada bikin sendiri. Belum lagi harus menyediakan bambu, daun pisang, dan bara apinya, hal ini yang menjadikan Tradisi Malamang di rumah-rumah warga mulai langka.

Marandang

Marandang dalam Bahasa Minang dapat diartikan sebagai kegiatan memasak rendang. Rendang sendiri dikenal sebagai makanan khas Minangkabau yang berbahan dasar daging sapi atau kerbau dan berwarna gelap.



Namun ternyata di daerah asalnya, rendang merupakan sebuah tingkatan dalam memasak makanan hingga kering. Untuk mencapai tingkat rendang, harus melewati gulai dan kalio terlebih dahulu.

Gulai adalah tahapan saat (masakan) masih terendam dengan santan. Biasanya disantap sebagai sayuran. Sedangkan untuk kalio, kuah santan dimasak hingga menjadi kental. Dan saat kuah santan yang dimasak telah kering, itulah yang disebut dengan (tingkat) rendang.

Sama seperti malamang, marandang ini juga sering ditemui di acara-acara adat dan menyambut hari-hari besar keagamaan seperti saat Idul Fitri .

Hampir setiap rumah di Ranah Minang melakukannya agar bisa disantap bersama saat dikunjungi kerabat.

Rendang yang dinobatkan sebagai salah satu makanan terlezat di dunia ini biasa dimasak dalam kuali besar dan di atas bara api. Proses memasaknya mencapai 4-5 jam dengan api kecil.

Manambang

Momen Idul Fitri sering diidentikkan dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Tidak hanya THR yang diberikan oleh sebuah instansi kepada karyawannya, tapi juga oleh orang dewasa yang telah memiliki penghasilan kepada orang-orang yang lebih muda.



Anak-anak di sekitar Sumatra Barat memiliki tradisinya sendiri, yakni manambang

Manambang adalah kegiatan mengunjungi rumah warga untuk bersilaturahmi dengan harapan agar diberikan THR berupa uang baru. Istilah manambang sendiri bisa diartikan sebagai mencari uang, di mana sering digunakan oleh supir kendaraan umum sebagai mencari penumpang untuk menghasilkan uang.
Manambang biasa dilakukan oleh anak-anak kecil usia 4-12 tahun. Setelah salat Id, alih-alih pulang ke rumah, anak-anak tersebut membentuk rombongan kecil bersama teman-temannya dan memulai kegiatan ini. Rombongan tersebut bisa terdiri dari 3-6 orang.

Tuan rumah yang dikunjungipun telah menyiapkan uang THR, biasanya yang diberikan adalah uang pecahan Rp2.000. Hasil manambang itu pun bervariasi, tergantung berapa banyak rumah yang dikunjungi. Semakin banyak rumah yang didatangi, semakin banyak pula uang THR yang didapat.

Nantinya, uang hasil manambang akan digunakan untuk membeli berbagai mainan hits pada saat itu, seperti pistol-pistolan atau petasan, terserah kepada si empunya uang. Namun, para orang tua akan memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan sang anak untuk menabung. (Dikutip dari Berbagai Sumber)