Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ikan Bilih: Ikan Endemik Danau Singkarak Yang Lezat dan Langka


#raunholic
--  Ada kekayaan alam yang luar biasa dan langka berada di Batipuh Selatan - Kabupaten Tanah Datar. Daerah tersebut memiliki potensi alam yang cukup indah yaitu Danau Singkarak. 

Bila berkunjung ke Danau Singkarak, tidak lah lengkap rasanya kalau belum menikmati ikan bilih. Ikan endemik di danau tersebut yang lezat dan gurih. 

Ikan bilih adalah buah tangan yang paling dicari masyarakat ketika mengunjungi Danau Singkarak, karena terasa gurih bila telah dimasak. Ikan bilih juga bisa dapat dikeringkan dan diasinkan sehingga awet untuk waktu yang lama. 

Ikan dengan nama latin Mystacoleuseus padangensis memiliki ukuran sedikit lebih besar dari ikan teri, berbentuk lonjong dan pipih dengan panjang 6-12 centimeter.




Karena endemik Danau Singkarak, ikan bilih ini lumayan mahal untuk ikan ukuran kecil.  Dengan harga yang menarik, ikan bilih menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar danau. 

Bahkan ikan itu sempat menjadi komoditas ekspor dan dijual ke luar negeri. 

Berbagai langkah untuk melestarikan keberadaan ikan bilih dilakukan antara lain dengan mendirikan lokasi-lokasi tempat pemijahan. Dan dibuatnya zonasi-zonasi pemanfaatan danau, kawasan tangkapan terbatas, agar populasi ikan dapat meningkat.

Peraturan pendukung seperti kesepakatan antar nagari untuk menjaga kelestarian ekosistem Danau Singkarak dan khususnya pelestarian ikan bilih sangat diperlukan.Agar generasi yang akan datang tetap bisa menikmati kelezatan dan manfaat ekonomi dari keberadaan ikan bilih .Ikan Bilih merupakan salah satu kuliner khas Minangkabau khususnya wilayah Padang Panjang, Batipuh, dan X Koto.




Ikan Bilih bisa disajikan dalam beragam menu. Bisa dalam bentuk bilih goreng balado merah, bilih goreng balado mudo, palai ikan bilih, pangek ikan bilih dan penyajian gurih lainnya.


Menjadi salah satu kekhasan Sumatra Barat, ada beberapa faktanya yang menarik diketahui dari ikan bilih. Ikan Bilih penyebarannya di sekitar danau-danau tersebut, umumnya ikan ini memilih perairan sungai yang jernih dengan suhu air antara 24-26°C, dan dasar yang berkerikil dan pasir.

Ikan ini berukuran kecil, tapi lebih besar dari teri, dengan ukuran 6-12 sentimeter serta berbentuk lonjong dan pipih .

Warna pun seperti ikan umum yakni sisik berwarna perak dan sirip kehitaman, namun tampil dengan ukuran yang lebih kecil . Ciri fisiknya yang tidak umum itu menjadikannya spesial dibanding ikan-ikan lainnya. 

Sebagai santapan yang lezat, ikan bilih rupanya juga mengandung banyak kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Pada ikan bilih segar terdapat dominasi kandungan protein sekitar 13.02 persen, lemak 4,62 persen, dan kalsium 2,2 persen. 

Kandungan itu pun bisa meningkat takarannya tergantung penyajian, apakah dibakar atau digoreng. Sisanya, terdapat kandungan magnesium pada daging bilih segar sekitar 0,18 persen yang bisa meningkat setelah dimasak dengan dibakar atau digoreng, dan phospor sekitar 1,2 persen dan bisa meningkat bila dimasak dengan dibakar (1,93 persen). 




Sementara kadar air pada ikan bilih segar adalah 75,62 persen dan akan menurun setelah dimasak. Dengan kandungan gizi itu, ikan bilih sangat cocok dikonsumsi untuk tujuan diet sehat. 

Sebagai makanan yang sangat khas dari Sumatra Barat, ikan bilih memiliki nilai jual yang sangat menarik bagi konsumen. Ini berdampak pada daya penjualannya yang sangat menguntungkan para pedagang.

Menu yang paling disuka dan banyak ditemui adalah Ikan Bilih Goreng. Cara pengolahannya sederhana yaitu digoreng hingga garing.
Karena rasanya yang sudah gurih, Bilih Goreng tak perlu ditambah banyak bumbu. Bisa disantap sebagai lauk saat makan, atau sebagai kudapan atau cemilan ringan. (*)