Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ratik Tagak - Sikaladi Tanah Datar



#raunholic -- Ratusan laki-laki, anak-anak hingga lanjut usia, bersama-sama menunduk, lalu bangkit sembari berteriak, “Allahu, Allahu, Allahu…”. Lalu, sebelum berakhir, tiba-tiba massa mengerumuni seorang pemuda yang tak sadarkan diri, tapi di mulutnya masih berucap Allahu tanpa henti.

Begitulah tradisi ritual ‘Ratik Tagak’ di Nagari Pariangan, Tanah Datar yang dilaksanakan di Pandam Pakuburan Jorong Sikaladi, Kamis (7/8/2014). Pemuka masyarakat dan Lansia setempat berdiri di tempat yang lebih tinggi. Seorang ustazd memandu dengan alat pengeras suara, lalu mereka mulai menggerakkan badannya ke kiri, ke kanan dan merunduk sambil mengucapkan kalimat Allahu.

Aksi itu diikuti oleh warga yang hadir, di tempat yang permukaannnya lebih rendah dari kelompok pemuka masyarakat dan Lansia tadi. Peserta di bagian bawah ini pada umumnya anak-anak dan pemuda. Dengan semangat mereka bergandengan tangan dan menggenggam kedua telapak tanggannya. Kemudian mereka rukuk, tegak, rukuk, begitu seterusnya sampai kelelahan. Gerakan mereka itu seperti menyembah sesuatu dengan diiringi lafaz nama tuhan.

Sesekali berhenti, lalu dilanjutkan lagi, hingga kalimat suci yang disebut telah sampai jumlahnya. Ketika berakhir itulah ada yang tak sadarkan diri. Itu disebut ‘Malalu’.

Pemuda yang ‘Malalu’ tersebut rebah di tanah, tapi dia masih melakukan gerakan seperti yang dilakukan saat berdiri. Bibirnya pucat pasi, di tubuhnya keringat berkucuran. Untuk menyadarkannya, dibantu dengan mengipas hingga dia kembali normal.

Ratik adalah amalan umat Islam di Ranah Minang dengan menyebut nama Allah secara bersama. Disebut Ratik Tagak karena dilakukan sambil tagak (berdiri).

Menurut keterangan Wali Nagari Pariangan April Katik Saidi, tradisi ini turun temurun. Bahkan, dia dan masyarakat setempat tidak tahu kapan mula dari tradisi ini dimulai. Masyarakat setempat sudah menemukan dan menerima tradisi itu dari orang-orang terdahulu.

Acara Ratik Tgak diikuti oleh semua masyarakat Pariangan. Mereka menyebut kegiatan ini sebagai hari raya. Perayaan setelah puasa enam hari pascalebaran Idul Fitri.

“Jadi masyarakat kita di sini ada puasa enam hari setelah idul fitri. Ratik Tagak adalah hari raya untuk puasa enam tersebut,” kata April Katik Saidi kepada raunholic.com usai acara. April menyebut pelaksanaan agenda tahunan tersebut, selalu di hari Kamis.

Dalam Ratik Tagak, menurut April, peserta menyebut kalimat-kalimat suci, seperti Laillahaillallah dan Allahu. Jumlahnya masing-masing 33 kali kemudian ditambah dengan doa dan kalimat suci lainnya.

Tidak sekedar berdoa dan Ratik Tagak, tradisi ini bertujuan untuk mempererat hubungan silaturrahmi antar masyarakat. Usai ritual agama dilakukan, masyarakat makan bersama di lokasi terbuka.

Makanan dibawa oleh kaum ibu dengan ‘tuduang saji’. April mengatakan, ada sekitar 600 tuduang saji berisikan berbagai jenis makanan, mulai dari nasi sampai bua-buahan.
Selain masyarakat yang ada di kampung halaman, ratik tagak juga diikuti oleh perantau. Untuk memeriahkannya, di sepanjang jalan menuju lokasi acara, dipasang marawa. Warga yang hadir terlihat berpakaian rapi, apalagi ‘bundo kanduang’. Mereka sengaja berdandan untuk datang ke lokasi, mulai dari anak gadis sampai nenek-nenek.(*)


Video : Mas Uda Yanto