Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Inilah Istilah Minangkabau Yang Hampir Punah

Rumah Gadang Minangkabau ( Foto  : pinterest.com)

#raunholic -- Akses informasi yang dibawa teknologi tidak akan mempersulit pertukaran budaya. Termasuk di ranah Bundo Kanduang, Minangkabau. Sadar atau tidak bahasa telah mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Bahkan, beberapa kosa kata 'orang tua' tidak lagi dikenal anak muda. Sebagai buktinya, tahukah pembaca arti kata kata di bawah ini, khususnya para anak muda Minangkabau.


Singantua
Ada yang masih tahu arti Singantua? Mungkin masih ada beberapa daerah dan beberapa orang yang masih menggunakan kata kata ini. Singantua adalah bagian kaki dalam bahasa Minangkabau. Rasanya sudah jarang kata kata ini di dengar sekarang.


Baroneang
Baroneang atau baroneng. Tak banyak yang mengenal arti kata ini? Dalam bahasa Indonesia baroneang ini diartikan yaitu pistol atau senapan. Kata kata ini sekarang hany bisa ditemui dalam cerita cerita minang yang dibawakan dalam kesenian rabab.


Cincuik
Beberapa daerah masih menggunakn istilah ini. 'Sarawa Cincuik', artinya adalah celana dalam. Istilah ini juga sudah agak langka ditemui dalam percakapan sehari hari.


Pamole/Pole
Arti kata pamole/pole ini adalah pacar. Di zaman di bawah 2000-an masih ada teman teman yang menggunakan kata kata ini. (mungkin karena daerah penulis belum ala kota). Udin Pole Mona, Bapole pole juo lai, sikola se lah nan batua dulu.


Cikminyak
Banyak na cikminyak paja ko lai. Pernah dengar ucapan seperti itu? Cikminyak secara fisik artinya ampas minyak. Namun istilah ini digunakan untuk meungkapkan kekesalan pada orang yang bawel dan banyak permintaan. Lebih tepatnya sama dengan tetekbengek. Bagi ibu ibu yang ke pasar, bawa anak " jan banyak ciminyak di pasa beko ndak nak?"


Sasuku, Ciek Tali, Saringgik
Nah maksud sasuku disini bukan satu suku (kelompok saparuik/ keturunan). Sa suku juga digunakan untuk istilah jumlah 50. Misalkan " pitih sasuku" uang Rp 50,-. Untuk kelipatan lain misalkan 150 bisa diungkapkan dengan 'tigo suku / 3 suku'. 3x50 = 150. .


Sarawabeta
Di salah satu tempat, sarawabeta merupakan kata untuk menyebut saputangan. Dan setelah mengelilingi beberapa daerah, ternyata langka yang menggunakan kalimat ini , masih dipakai.
Sumber: Kabarantau